Sejarah Nawangsari

Sejarah

ASAL-USUL DESA NAWANGSARI

            Desa Nawangsari berkaitan erat dengan mitos Dewi Nawangwulan dan Joko Tarub yang sudah melegenda di masyarakat tanah Jawa. Ada juga yang menceritakan bahwa Desa Nawangsari berhubungan dengan kisah Raden Damar Wulan dari Kerajaan Panjalu-Kediri yang pernah singgah disuatu daerah tepian sungai yang kelak dikemudian hari sungai tersebut bernama Sungai Damar yang sebelah barat dan Sungai Bulanan atau sungai mati disebelah timur.

Bahwa Raden Damar Wulan berkelana jauh ke daerah arah barat karena tersiar kabar akan kecantikan seorang gadis yang masih keturunan bidadari yang turun kejagad dunia ini yaitu Dewi Nawangsari, yang merupakan anak keturunan dari Bidadari Dewi Nawangwulan.

Dimasa penjajahan dan Kerajaan Nusantara, Desa Nawangsari menjadi tempat berlatih atau perkemahan para prajurit Mataram dibawah Tumenggung Sosro Bahu Rekso yang akan menyerang Batavia Tahun 1645.

Dimasa perjuangan kemerdekaan, Desa Nawangsari berperan besar mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa Lurah Nawangsari pada waktu itu yaitu R. Wiryoredjo mengikuti rapat di Yogyakarta pada waktu Yogyakarta menjadi Ibukota Negara Indonesia pada saat Agresi Militer I Belanda Tahun 1948.

Pada saat Lurah R. Wiryaredjo mengikuti rapat di Yogyakarta, Belanda masuk ke Desa Nawangsari Tahun 1948 dan menjadikan Desa Nawangsari sebagai markas sementara dengan mengangkat Rasman Sastro Suwarno sebagai lurah boneka Desa Nawangsari.

Setelah serangan umum 1 Maret 1949, bahwa Republik Indonesia masih berdiri, maka Lurah R. Wiryoredjo kembali ke Desa Nawangsari Tahun 1950 dan diangkat kembali oleh rakyat Desa Nawangsari menjadi lurah resmi Desa Nawangsari.

Lurah R. Wiryoredjo menjabat hingga tahun 1956, dan dimasa ini terjadi pemilihan lurah secara langsung oleh rakyat Desa Nawangsari melalui coblosan dan hitungan sapu lidi yang dimenangkan seorang pejuang kemerdekaan yaitu prajurit TNI Serma Soedarmo.